PENGORGANISASIAN SURVEI KONSUMSI MAKANAN
BY Dr Fauzi Arasj, S.KM, M.Kes
Pengorganisasian dalam pelaksanaan survei
konsumsi makanan merupakan suatu
keharusan, karena, jika tidak dilakukan dengan benar, maka dikhawatirkan
akan tidak akan didapatkan data yang valid, data yang valid merupakan suatu
keharusan untuk dapat membuat kebijakan yang baik dan benar, dengan kata lain untuk menjamin ketepatan dan kebenaran data hasil dari suatu survei
konsumsi makanan maka diperlukan suatu perencanaan dan pengorganisasian yang
baik,
seingga tidak mendapatkan data GIGO (garbage
in garbage out) yang akan membuat kebijakan yang diambil jadi salah, dan
hal ini akan menyebabkan tujuan jadi tidak pernah tercapai, terjadi pemborosan
biaya yang tidak kecil dan tujuan utama jadi tidak tercapai dengan maksimal.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam
pelaksanaan survei konsumsi, perlu diterapkan beberapa langkah, meliputi
beberapa bagian antara lain adalah: 1)Penanggung jawab pelaksanaan survei, 2) Penentuan
metode yang akan dipakai, 3)Tekhnis pelaksanaan survei, 4) Pengumpulan dan
pengolahan data survei, 5) Analisis data dan Interpretasi data
a.
Penanggung
jawab.
Penanggung jawab survei konsumsi, biasanya hanya
dilaksanakan jika survei konsumsi dilakukan dalam skala besar, mencakup lokasi
yang luas, misalnya, pada saat pelaksanaan survei konsumsi disebuah propinsi,
kabupaten, atau puskesmas, dalam hal ini diperlukan adanya suatu struktur
organisasi pelaksana kegiatan survei konsumsi tersebut. Didalam beberapa
kesempatan, struktur ini bisa dipecah menjadi dua bagian, yaitu steerring committe (SC) atau pengarah
dan Organizing Committe (OC) atau
team pelaksana, namun dalam skala kecil, misalnya, dalam pelaksanaan survei
konsumsi dalam rangka pembuatan skripsi, maka penanggung jawab ini cukup
dilaksanakan oleh peneliti sendiri.
Diharapkan dengan adanya penanggung jawab ini,
maka, pelaksanaan survei konsumsi makanan akan dapat dilakukan secara benar dan
terarah, bisa diselesaikan dengan tepat waktu, efektif dan efisiens. Akan lebih
baik, dalam struktur penanggungjawab ini dimasukkan orang orang yang ahli /
ekspert dibidangnya.
Sebagai sebuah contoh, dalam pelaksanaan Survei
Konsumsi Makanan yang dilaksanakan oleh Litbangkes Kemenkes RI tahun 2015,
penanggungjawan survei dibuat secara berjenjang, terdiri dari Tim Pusat, tim
Propinsi, Dinkes Kabupaten/Kota dan tim puskesmas. Masing masing tingkatan
mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang berbeda beda.
Tim pusat sebagai tim pengarah,
terdiri dari Staff Direktorat Gizi, Balitbangkes dan Politekhnik Kesehatan
jurusan gizi. Tim ini mempunyai tugas antara lain yang lebih makro, pada sisi
kebijakan dan penusunan jadwal pelaksanaan kegiatan, perencanaan biaya, pembuatan
pedoman (juknis) dan pedoman operasional, melaksananakan sosialisasi juknis,
konsolidasi dengan Dinkes Propinsi dan jurusan gizi poltekkes se indonesia, membuat rencana peningkatan kapabilitas
petugas tenaga pelaksana survei melalui bimbingan dan pelatihan disemua
propinsi, mengelola data, menyediakan instrumen yang dibutuhkan dan
melaksanakan supervisi dlaam pelaksanaan survei.
Tim
propinsi,
terdiri dari staf dinas kesehatan propinsi dan jurusan gizi poltekkes kemenkes,
dengan tugas antara lain adalah melaksanakan sosialisasi petunjuk tekhnis
pelaksanaan survei ke pengelola gizi dinkes kabupaten/kota, melaksanakan
konsolidasi dengan Dinkes Kabupaten/kota, membuat rencana biaya dan rencana
kerja, memperbanyak instrumen, rekruitmen tenaga pelaksanan lapangan dan upaya
penyamaan persepsi antara petugas dan penanggung jawab survei melalui
pelatihan, pelaksanaan pengumpulan data dan mengelola data dan informasi mulai
dari cleaning sampai penyusunan laporan, namun, pelaksanaan survei terkini,
semua data di entry menggunakan software dan langsung di kirim ke pusat data di
Direktorat Gizi kemenkes, setelah data di klining oleh direktorat, maka data
tersebut kembali dikirimkan ke dinkes propinsi untuk ditindak lanjuti dengan
pembuatan laporan.
Tim dinas
kesehatan kabupaten/kota, mempunyai tugas antara lain melakukan konsolidasi
pelaksanaan survei dengan puskesmas, membantu tim propinsi dalam pelaksanaan
survei terutama dalam pemilihan kluster pengumpulan data dan sekaligus
memfasilitasi tim pengumpul data/ puldat untuk dapat sampai ke lokasi kluster
terpilih.
Jurusan
gizi
mempunyai tugas sebagai penanggungjawab data, mulai dari pengumpulan data
dilapangan sampai ke entry data sebelum dikirim ke pusat data di direktorat
gizi di jakarta. Sebagai penanggung jawab data, maka tim jurusan gizi harus
berada dilapangan untuk mendampingi tim puldat, memeriksa setiap intrumen yang
telah diisi, serta memastikan pelaksanaan puldat oleh tim puldat dilapangan
dilaksanakan dengan baik dan benar.
Sedangkan tim
puskesmas mempunyai tugas antara lain konsolidasi pelaksanaan survei ke
pustu/polindes/poskesdes terutama dalam menentukan pusat kluster disebuah
desa/jorong terpilih, serta membantu tim puldat agar dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
Masing masing personil didalam struktur
organisasi harus menjalankan peran dan tanggungjawabnya dengan baik dan benar,
agar pelaksanaan survei dapat berjalan dengan baik.
b.
Penentuan
metode.
Penentuan metode dimaksud adalah cara yang
dipakai dalam pelaksanaan survei, angtara lain dengan menentukan disain survei,
misalnya menggunakan cara potong lintang/cross
sectional study, penentuan populasi, mialnya, semua keluarga atau rumah
tangga yang punya balita usia 0-59 bulan dan 29 hari di kluster terpilih menggnakan
cara probablity proporsional to size
(PPS) dan sampel adalah semua anggota keluarga yang ada didalam rumah tangga
terpilih yang ada didalam kluster. Sampel rumah tangga didapatkan dengan cara
sistem obat nyamuk, tim puldat terlebih dahulu menentukan titik pusat kluster,
misalnya, kantor desa, sekolah dll, baru kemudian dilakukan pencarian sampel sesuai
kriteria secara melingkar searah jarum jam/obat nyamuk sampai jumlah sampel di
kluster terpenuhi.
Dalam hal ini tim puldat harus konsisten dalam
mendapatkan sampel, ketika diharuskan menggunakan sistem obat nyamuk, maka,
setelah mendapatkan titik kluster, maka tim puldat harus mencari satu rumah
yang mempunyai balita usia 0-59 bulan dan 29 hari terlebih dahulu sebagai
sampel pertama, kemudian dilanjutkan dengan mencari sampel berikutnya, dengan
cara memutar seperti obat nyamuk. Tim puldat sekali-kali tidak boleh melanggar
ketentuan ini, untuk itulah kepercayaan dan ketaatan pelaksanaan lapangan sangat
diperlukan dalam setiap pelaksanaan survei.
c.
Tekhnis
pelaksanaan
Beberapa
langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pelaksanaan survei antara lain adalah
1. Mencari
tenaga puldat. Tenaga puldat yang dipilih hendaknya mempunyai latar belakang dan pengalaman dalam bidang
PERENCANAAN MENU dan Mempunyai
pengalaman dalam penyelenggaraan makanan. Mempunyai Sikap, personalize dan karakter
yang selalu menyenangkan, mempunyai INTEGRITAS yang tinggi dan sifatnya selalu
gembira, BIASANYA, lebih disenangi oleh masyarakat serta tenaga
puldat hendaknya memahami adat
istiadat dan bahasa lokal
dimana survei dilakukan. Tenaga
wanita biasanya lebih cocok untuk mengumpulkan data konsumsi makanan, karena,
bisa lebih cepat akrab, dekat dengan ibu rumah tangga, sehingga lebih terbuka. Tenaga
puldat terpilih juga harus mempunyai kemampuan wawancara dan, mempunyai
kemampuan penguasaan instrumen yang baik serta mampu mengumpulkan, cek dan
recek atas data yang diambil. Tim Puldat disyaratkan mempunyai kemampuan dalam
mengoperasionalkan software yang digunakan untuk entry data, melalui komputer
atau hanphone android
2. Pelaksanaan
pelatihan. Kegiatan pelatihan ini pada umumnya adalah untuk menyamakan persepsi
antara peneliti dengan tenaga puldat. Disini tim propinsi bersama dengan tim
jurusan gizi dibantu oleh tim pusat akan menjelaskan maksud dan tujuan
dilaksanakannya survei.
3. Penentuan
kelompok sasaran dan sampel yang diinginkan, baik jumlah dan cara
mendapatkannya.
4. Pemilihan
alat dan instrumen. Instrumen yang dibutuhkan harus mempunyai spesifikasi
khusus yang tepat untuk pelaksanaan puldat. Misalnya, timbangan makanan digital
untuk melaksanakan food weighing, instrumen food recall atau semi quantitative
food frequensi, buku gambar makanan atau food model dan instrumen lainnya.
5. Satu hal
penting yang tidak bisa diabaikan ketika melaksanakan survei konsumsi adalah periode
waktu pelaksanaan survei. Untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh dari keadaan konsumsi makanan, maka, seharusnya
survei dilakukan pada tiap musim
dalam setahun. Untuk
mengetahui kebiasaan makan dan tingkat konsumsi masyarakat, maka, variasi menu
dari hari ke hari dan siklus menu keluarga akan menentukan periode waktu penelitian, sebaiknya penelitian
dilakukan selama periode siklus tersebut.
Dinegara barat, periode satu minggu sering ditemukan sebagai
satu siklus, oleh karena itu setiap survei harus mencakup minimal waktunya satu
minggu. Desetiap
tempat, SIKLUS menu tersebut berbeda beda, maka, lakukan penyaringan terlebih
dahulu
6. Persiapan
masyarakat, merupakan salah satu langkah lain yang harus mempunyai perhatian
lebih. Sebelum melakukan
survei, maka hal yang paling penting dilakukan adalah pemberitahuan kepada
masyarakat. Khususnya kepada pimpinan/pemuka masyarakat dimana
penelitian/survei konsumsi makanan dilaksanakan, agar, dapat memperlancar
pelaksanaan penelitian/survey
d.
Pengumpulan
dan pengolahan data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan sesuai
dengan jadwal yang ada, maka, tim puldat dibantu oleh tim dinkes kabupaten/kota
dan jurusan gizi sebagai supervisor secara bersama sama membuat rencana kerja
lapangan, mulai dari keberangkatan dari propinsi sampai ke lapangan/kluster,
perpindahan antar kluster, transportasi lapangan, penginapan dan kembali ke
propinsi lagi. Semuanya di atur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
pemborosan waktu lapangan, kecuali, memang ada hal yang berada diluar kendali.
Pengalaman menunjukkan sulitnya tim puldat
menuju ke lokasi kluster karena letak lokasi yang sulit untuk dijangkau,
keterbatasan alat transportasi, dan memerlukan transportasi khusus, misalnya,
mobil double gardan, naik perahu atau sampan, ojek, waktu tempuh yang panjang sampai satu dan dua
hari hanya untuk mendapatkan satu kluster, jelas hal ini akan membuat skedul
yang telah dibuat sebelumnya menjadi berantakan dan memerlukan re-skedul
kembali dilapangan. Kondisi ini jelas akan memperpanjang waktu pengumpulan data
dilapangan. Keterpaduan tim lapangan, antara dinkes, puskesmas dan supervisor
sangat diperlukan disini.
Sebagai contoh adalah sewaktu Pelaksanaan Survei Diet Total (SDT) yang
dilaksanakan dikepulauan mentawai, memerlukan skedul yang sangat nyelimet,
karena keberadaan kluster yang tersebar di semua pulau. Tim puldat untuk menuju
ke mentawai pilihannya ada dua, naik kapal cepat (tergantung skedulnya dengan
waktu tempuh sekitar 4 jam) atau kapal
reguler yang waktu keberangkatannya malam hari dan baru sampai dilokasi pagi
hari. Sesampainya dimentawai, misalnya sikakap, untuk menuju kluster, misalnya
dusun monei, memerlukan perjalanan laut selama 10 jam menggunakan bot 15 pk, dengan
biaya tinggi karena harus carter, apalagi biaya BBM yang harganya sampai dua
kali lipat dari harga normalnya, waktu tempuh demikian kalau cuaca lagi
bersahabat, kalau tidak, maka tim harus menunggu sampai cuaca membaik dan aman
untuk menuju lokasi, dengan tinggi gelombang laut normal mencapai 6-8 meter. Dusun monei, berada sekitar 100 meter diatas
permukaan laut, merupakan dusun baru sebagai relokasi desa lama yang dihantam
tsunami beberapa tahun yang lalu, disini
belum ada listrik, jalan tanah berbatu sebagai badan jalan dan tidak ada signal.
Akibatnya, rencana untuk entry data dibatalkan, dan tim fokus hanya puldat saja
disini. Waktu kembali ke kota kecamatan sikakap pun memerlukan perhitungan
sendiri, karena cuaca yang sangat cepat perubahannya. Waktu kembali ke
kecamatan pun sekitar 10 jam, dan untuk menuju kluster berikutnya, maka tim naik
kapal untuk kembali ke padang dahulu selama 1 malam, baru ganti kapal lagi
menuju kluster berikut di siberut yang juga menghabiskan waktu selama 8-10 jam,
dari siberut menuju kluster ditempuh dengan dua cara, naik sampan sungai atau
ojek, dengan berkendaraan ojek tim menuju kluster matotonan, dengan waktu
tempuah sekitar 6-8 jam, melalui jalan tanah yang licin, akibatnya tim lebih
banyak mendorong ojek dari pada menaikinya. Dilokasi tim mendapatkan kemudiahan
karena letak rumah responden yang berdekatan, sehingga dapat mempercepat
pelaksanaan puldat, namun, waktu kembali ke siberut, memerlukan waktu tempuh
sekitar 8 jam menggunakan sampan sungai bermesin, yang kadang kadang tim lah
yang mendorong perahu karena air sungainya yang dangkal. Kondisi ini lah yang
harus diperhitungkan dengan baik dan fleksibel dan memerlukan biaya tinggi.
Pengolahan data mustinya sudah dimulai sejak
dilapangan, sebaiknya puldat tidak berpindah ke kluster lain sebelum data yang
didapatkan telah diklining terlebih dahulu. Hal ini maksudkan agar jika ada
yang kurang atau salah, masih bisa diperbaiki dengan cepat. Setiuap instrumen
yang sudah di klining akan di validasi oleh tim supervisor dari jurusan gizi.
Data yang sudah diklining dan divalidasi oleh
supervisor langsung di entry menggunakan software yang ada, dan data yang sudah
dientry, kemudian divalidasi kembali oleh supervisor, sebelum dilakukan
pengiriman ke pusat data di jakarta. Hanya saja kondisi ini banyak mendapat
halangan karena tidak semua lokasi/kluster mempunyai hotspot, sehingga
pengiriman data dilakukan terundur sampai dilokasi dimana tim bisa terhubunga
dengan hotspot/internet.
e.
Analisis
data dan interpretasi
Langkah analisa dan interpretasi data hasil
survei dilakukan setelah semua data telah di entry. Sebaiknya, sebelum
dilakukan analisa data, dilakukan klining terlebih dahulu untuk melihat
kesempurnaan, kelengkapan dan untuk melihat alur data. Jangan sekali kali
dilakukan analisa data sebelum datanya selesai di klining. Jika terdapat
kesalahan dalam struktur data, maka, kembali ke instrumen aslinya, untuk
melihat kebenaran dari data yang diinputkan.
Analisa dilakukan sesuai dengan tujuan
pelaksanaan survei, apakah akan menmapilkan analisa univariat, bivariat atau
multi variat. Umumnya survei yang dilakukan oleh pengambil kebijakan, analisa
datanya sampai di uni variat dan bivariat saja
untum melihat proporsional datanya, tetapi untuk melihat faktor penyebab
atau resiko, jarang dilakukan,
Berdasarkan analisa data inilah, dilakukan untuk
pengambilan kebijakan yang diperlukan untuk program kesehatan berikutnya.
-0-
Padang, 26
Maret 2017.
Komentar
Posting Komentar