INTER PROFESSIONAL EDUCATION/IPE
Dr. Fauzi 'Arasj, S.KM, M.Kes


Pengertian dari Inter Professional Education/IPE pada dasarnya adalah ketika dua orang profesional atau lebih, bekerja secara bersama (kolaborasi) secara efektif  untuk meningkatkan output pelayanan kesehatan, dengan cara setiap individu yang ada didalam tim harus dapat memahami bagaimana cara bekerja didalam sebuah tim secara profesional, hal ini merupakan langkah kunci dalam menggerakkan sistem kesehatan  dari yang fragmented/berdiri sendiri sendiri menjadi posisi yang lebih kuat.
Hasil gambar untuk interprofessional education

[1] Menurut JEAN YAN, RN (et all) mengatakan bahwa salah satu cara inovatif yang dilakukan untuk menjawab tantangan pekerjaan bidang kesehatan secara global adalah dengan melakukan pekerjaan secara Interprofessional Education and Collaborative Practice. Bekerja bersama sama untuk penanggulangan masalah kesehatan merupakan pekerjaan yang terbaik yang pernah ada.[2] Sementara itu John H.V.Gilbert (2010) dari Canada Interprofessional Health collaborative Practice (IPE-CP) menyatakan bahwa tujuan dari interprofessional education and collaborative practice IPE-CP adalah untuk menyediakan tenaga kesehatan yang profesional untuk dapat meningkatkan outcome kesehatan.  IPE-CP terjadi ketika antara peserta didik, praktisi, pasien/klien dan keluarga serta masyarakat dapat memelihara hubungan kerja inter profesional yang memungkinkan untuk mengoptimalkan capaian hasil rogram kesehatan. IPE sendiri merupakan suatu proses dimana sekelompok orang yang berbeda profesi dapat bekerja secara bersama (collaborative) untuk menanggulangi masalah kesehatan, sedangkan IPC lebih banyak dimasukkan kedalam pendidikan dan model praktik kesehatan yang profesional. [3] Menurur Jody Stone (2009), IPE adalah jika dua orang profesional atau lebih melakukan pengamatan, bekerja secara bersama-sama untuk meningkatkan pelayanan (care) kesehatan. WHO sendiri mendukung penggunaan istilah praktek inter profesional ini sebagai istilah yang meliputi perilaku yang diinginkan yang dihasilkan dari belajar interprofessional.[4] Sedangkan menurut Carl Bryce (2003), IPE digambarkan sebagai bentuk pelatihan kesehatan setiap individu dalam tim menyadari peran mereka masing masing untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan, seperti dalam uji klinis yang dilakukan, dimana setiap individu dalam tim melakukan tugasnya masing masing secara profesional sehingga dapat meningkatkan hasil intervensi secara lebih baik dibanding dengan hanya dilakukan oleh satu orang profesional saja.[5] Pengembangan dan penerapan praktek kolaboratif interprofessional dan kompetensi interprofessional, sangat penting untuk meningkatkan kualitas kerja dan perawatan terhadap pasien  / klien yang terbaik dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.[6]  Pada dasarnya IPE-CP lebih fokus pelaksanaan kegiatanyya kepada pasien (Patient Centered Care)

Hasil gambar untuk interprofessional education


Melihat kepada dampak positif yang dihasilkan, maka American Assocation of Collage of Nursing telah memasukkan Interprofessional Collaboration Behavioral Expectation sebagai suatu yang essensial kedalam kurikulm baccalaureate mereka pada tahun 2008, kedalam kurikulum masternya tahun 2011 dan kedalam kurikulum pendidikan doktornya  pada tahun 2006. [7] Menurut Maggie Clifton (2016) Interprofessional training and education secara nyata dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas  pekerja kesehatan dan sosial untuk bekerja secara efektif melampai batas batas yang ada. [8]
 

Hasil gambar untuk interpersonal education

[1] World Health Organization (WHO). (2010). Framework for action on/interprofessional education & collaborative practice. Geneva: World Health Organization. http://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_HRH_HPN_10.3_eng.pdf
[2] JEAN YAN, RN; JOHN H. V. GILBERT; STEVEN J. HOFFMAN; World Health Organization Study Group on
Interprofessional Education and Collaborative Practice. Department of Human Resources for Health
World Health Organization, Avenue Appia 20, 1211 Geneva 27, Switzerland
[3] John H.V.Gilbert, Canadian Interprofessional Health Collaborative/CIHCPIS. Vancouver, 2010.
[4] Jody Stone. IPCP,Definition and Terminology. National Library Australia, 2009
[5] Carl Bryce. Institute of Medicine. Health Professions Education: A Bridge to Quality. Washington, DC: National Academy Press; 2003
[6]Interprofessional Learning, Education and Practice Policy. ACT Health.DGD 14-0117, 2014
[7] Core Competencies for Interprofessional Collaborative Practice , Report of an Expert Panel. Washinton, DC, May, 2011,
[8] Maggie Clifton; Colin Dale; Chris Bradshaw. The Impact and effectiveness of interprofessional Education in Primary  care. Royal Collage of Nursing, London, 2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengukuran Status Gizi (PSG) Bag 4: Pengukuran LILA

Gambar
Petunjuk Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) Pengukuran lingkar lengan akan menggunakan alat ukur khusus untuk LILA yang terbuat dari fibreglass. Persiapan dalam pengukuran LILA untuk orang dewasa. 1.   Siapkan alat ukur LILA yang terbuat dari fibreglass dengan menaikkan lengan bajunya, dan pastikan tidak ada lagi bagian baju yang masih menempel di lengan tersebut (free dari baju, dll) 2.   Minta subjek berdiri dengan tegap, lalu tekuklah lengan KIRI nya sehingga membentuk sudut 90 derajat. 3.   Periksa tulang.... dibagian teratas dan periksa tulang ... dibagian bawah lengan. Pengukuran LILA   4.   Letakkan titik NOL alat ukur di bagian atas, lalu ukur panjang lengan tersebut sampai ke bagian tulang terbawah, lalu bagi dua panjang tulang lengan tersebut. 5.   Tandai tempat dimana pertengahan tulang lengan berada (biasanya dengan spidol), lalu ukur LILA tepat ditempat yang diberi tanda tersebut, dengan ...
Baca selengkapnya

Penentuan Status Gizi (PSG) -Bag.2

Gambar
C. Petunjuk Pengukuran Tinggi Badan. Alat ukur tinggi badan yang digunakan dalam antropometri adalah microtoise dan alat ukur panjang bayi, yang keduanya dengan tingkat ketelitian mencapai 0,1 cm. Untuk anak yang berusia < 2 tahun, pengukuran  panjang badan dengan menggunakan  Length Measuring Board dalam posisi tidur. Sedangkan untuk anak ≥ 2 tahun dilakukan menggunakan microtoise dalam posisi berdiri. Gambar : Microtise Pengukuran Tinggi Badan Gambar : Mictotoise untuk mengukur anak yang telah bisa berdiri. Pengukuran tinggi badan anak yang sudah bisa berdiri disyaratkan menggunakan alat ukurmicrotise. Penyiapan alat ukur : 1.   Pertama sekali, periksalah terlebih dahulu apakah alat mikrotoise yang akan digunakan masih berfungsi dengan baik, dengan cara melihat angka 200 cm di jendela penunjuk. Jika sudah yakin lalu tariklah seluruh pita ukur keluar boks hi...
Baca selengkapnya

Penentuan Status Gizi (PSG) -Bag.1

Gambar
Panduan Pelaksanaan Pengukuran Antropometri By DR Fauzi Arasj, SKM,MKes Antropometriberasal dari kata anthropos dan metros . Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali, pengertian dari sudut pandang gizi, dinyatakanbahwa antropo metri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan. Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi. Antropometri berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi p...
Baca selengkapnya